translate language

Kamis, 24 September 2009

Ketika Sang Bayi tak juga didapati

Sudah menjadi satu rahasia umum bahwa memiliki seorang anak merupakan salah satu gambaran kesempurnaan dari sebuah pernikahan. Meskipun hal tersebut bukan merupakan satu takaran mutlak dalam kehidupan berumah tangga, namun demikianlah kenyataan yang dialami oleh sebagian besar pasangan suami istri.
Berat memang, menerima kenyataan bahwa pernikahan yang telah dijalani selama bertahun-tahun belum juga dapat membuahkan hadirnya seorang bayi mungil pun akhirnya menjadi siksaan yang banyak menyelimuti pasangan suami istri. Dan tidak dapat dipungkiri, omongan tetangga, teman, dan saudara pun akhirnya senantiasa terdengar negatif.
Hidup dalam ikatan pernikahan selama bertahun-tahun tanpa kehadiran seorangpun buah
hati,buah cinta yang menjadi kebanggan memang tidaklah mudah. Namun demikian, berputus asa dan rendah diri bukanlah satu jalan keluar yang terbaik yang harus ditempuh. Bersedih, mungkin itu satu hal yang wajar.
Naumun berputus asa, itu bukanlah jalan keluar. Hadapikenyataan tersebut dengan lapang dada, karena biar bagaimanapun itulah kenyataan yang memang harus dihadapi. Berikut beberapa hal yang mungkin dapat anda lakukan manakala anda berada dalam posisi tersebut:
Yang Logis Aja Umunya, pasangan suami istri akan memiliki anak dalam kurun waktu satu tahun pernikahan. Hal ini terjadi pada 85% pasangan suami istri. Untuk itu, manakala belum juga memiliki seorang anak sementara usia pernikahan masih berada di bawah usia satu tahun, hendaknya tidak terlalu cemas. Tetaplah berpikir positif dan logis.
Jangan terburu-buru memvonis bahwa sang istri atau suami tidak subur atau mandul. Jangan Saling Menyalahkan Untuk memiliki seorang anak bukanlah menjadi harapan seorang suami atau istri saja, melainkan harapan kedua belah pihak. Karena salah satu tujuan dari pernikahan adalah untuk mendapatkan keturunan (anak). Untuk itu, manakala sang anak yang ditunggu- tunggu kehadirannya tidak tidak saling menyalahkan antara suami dan istri.
Dalam hal ini, istri adalah pihak yang paling banyak disalahkan. Manakala mereka tidak juga mendapatkan seorang anak, suami seketika memvonis bahwa istrinya tidak subur atau mandul. Padahal, belum tentu yang mandul tersebut adalah sang istri, boleh jadi justru suami-lah yang tidak subur atau mandul. hal ini baik suami maupun istri tidak saling menyalahkan satu sama lain sebelum semuanya jelas, karena baik suami maupun istri masih memiliki kemungkinan bermasalah (mandul) yang sama, 50%-50%.
Konsultasikan masalah tersebut kepada dokter ahli, agar dapat diketahui permasalahannya dan kemudian sama-sama mencari jalan keluar yang terbaik. Cek Kesuburan Dalam pemeriksaan kesuburan, biasanya hasil untuk suami lebih cepat ketimbang hasil pemeriksaan istri. Pemeriksaan bagi suami adalah berkaitan mengenai jumlah sperma yang dihasilkan, bagaimana gerakan sperma serta kondisi sperma.
Sedangkan pemeriksaan kesuburan untuk istri biasanya meliputi masalah apakah ada
sel telur yang dihasilkan dan apakah saluran untuk sperma menuju sel telur terbuka. Bagi wanita yang kondisi haidh-nya lancar, kemungkinan besar ia memiliki sel telur yang normal.
Jika hasil pemeriksaan kesuburan menunjukkan bahwa anda dan pasangan normal, bukan berarti anda dan pasangan juga akan memperoleh keturunan dengan segera. Banyak hal lain yang dapat menjadi faktor pengaruh dalam masalah ini.
Sebagai tambahan, hendaknya sang istri tidak terburu-buru untuk membersihkan sperma setelah melakukan hubungan. Coba diamkan dahulu sekitar lima belas menit.
Namun, jika memang dalam pemeriksaan tersebut menunjukkan hasil bahwa anda dan pasangan memang memiliki masalah kesuburan, tidak perlu berputus asa.
Teruslah berusaha dan berdoa, itulah satu-satunya jalan terbaik. Yang Maha Kuasa tidak akan berdiam diri terhadap hambanya yang setia
mendekat kepada-Nya.

Tidak ada komentar: