translate language

Sabtu, 03 Oktober 2009

KUCING DAN IKAN

Dicuplik dari buku humor plus debat islam.
Dipasar nelayan yang terletak di dekat pelabuhan, Bujang dan Imam tampak berkeliling
untuk melihat-lihat. Mereka melihat banyak ikan dijajakan disana, mulai dari ikan yang kecil sampai yang besar. Selain itu, situasi dipasar cukupramai. Banyak terjadi transaksijual beli disana. Bahkan tampak pula beberapa orang asing yang tengah berbelanja.
Suasana dipasar itu tiba-tiba saja semakin ramai. Bahkan beberapa orang terlihat mengerumuni seorang wanita Eropa yang didampingi oleh dua pendamping wanita pribumi. Maka Bujang dan Imam segera menghampiri kerumunan itu. Ternyata wanita itu adalah Else, putri saudagar Inggris. Adapun penyebab dia dikerumuni adalah pakaiannya yang sedikit terbuka bagian atasnya, bukan baju kurung yang digunakan wanita-wanita pribumi.
Nona Else, selamat siang, sapa Bujang
Selamat siang, eh tuan Bujang. Apa kabar?
Alhamdulillah, baik.
Tuan Bujang, kenapa orang- orang ini mengerumuni saya? tanya Else bingung.
Mungkin karena pakaian Nona.
Pakaianku? Ada apa dengan pakaianku?
Pakaian Nona bagian atasnya terlalu terbuka. Karena itu mereka mengerumuni Nona,
jawab Bujang.
O, picik sekali orang-orang ini. Rupanya bangsa Tuan masih berpikiran sempit. Kalau saja mereka melihatku dari sudut pandang lain, tentu mereka tidak akan berpikiran negatif seperti ini. Dasar orang kampung!
Tetapi Nona, bukankah wajar jika lelaki menyukai wanita?
Ya,wajar. Tetapi, tetap saja sikap mereka kampungan. Dinegaraku tidak ada sikap
seperti ini.
Maafkan mereka Nona. Sayapun tidak setuju dengan sikap mereka. Namun, Perlu waktu lama untuk menguatkan iman mereka agar tidak bersikam seperti ini. Sementara itu, nonalah sebaiknya menyesuaikan diri dengan menggunakan baju kurung agar tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan, saran Bujang.
Apa? Saya menggunakan baju kurung? Tidak, tidak akan pernah Tuan, ujar Else sambil
meninggalkan Bujang.
Bujang segera menghilang dari keramaian. Hanya saja tak lama kemudian terdengar
gelak tawa banyak orang. Kerumunan itu tiba-tiba menghentikan langkahnya, begitu juga dengan Else.
Mereka melihat kearah Bujang yang tengah menyeret seekor ikan mati dengan tali dan
diikuti beberapa ekor kucing.
Bujang tampak beberapa kali mengusir kucing itu, tapi kucing-kucing itu tetap saja mengikuti.
Tuan Bujang apa yang anda lakukan? Tanya Else.
Aku sedang berjalan biasa saja nona, tapi entah kenapa kucing itu mengikutiku.
Tentu saja kucing-kucing itu mengikutimu, karena mereka ingin ikan yang kau seret. Ujar Else sambil tersenyum.
O, picik sekali kucing-kucing ini. Rupanya bangsa kucing masih berpikir sempit. Kalau
saja mereka melihatnya dari sudut pandang lain, tentu saja mereka tidak akan berpikiran negatif. Dasar kucing kampung! Maki Bujang dengan sikap meremeh.
Ya Bujang, wajar aja kucing- kucing itu mengikuti ikanmu, bukankah kucing menyukai
ikan?
Ya, wajar. Tetapi, tetap saja kucing-kucing itu kampungan.
Bujang, KALAU KAMU MAU IKANMU DI IKUTI KUCING ITU, SEBAIKNYA IKANMU DIBUNGKUS DAN
DIMASUKKAN KANTONG.
saran Else dengan gaya seorang putri yang berpendidikan.
APA?IKANKU PAKAI BAJU KURUNG.TIDAK, TIDAK AKAN PERNAH. Ujar Bujang lalu meninggalkan Else untuk menunaikan sholat Dhuhur.
Sementara itu Else yang sempet merasa lebih tinggi dari Bujang begitu terkejut mendengar perkataan Bujang.
Ia melihat kearah ikan yang tengah menjadi santapan kucing-kucing yang mengikuti
Bujang tadi. Setelah tertegun sejenak ia baru menyadari
bahwa Bujang bermaksud menyindirnya dengan kata- katanya sendiri. Maka, tersenyumlah ia lalu bergegas meninggalkan pasar ikan itu.
IKAN PAKAI BAJU KURUNG!
Gumam Else tersenyum didalam kereta kuda yang membawanya pulang

Tidak ada komentar: