translate language

Selasa, 03 November 2009

Kisah Nabi Musa As dan Nabi Khidir as. bag. 5

Dari Qur-an Surat al-Kahfi ayat 60-82
Salah satu yang perlu diperhatikan dalam kisah ini adalah, ucapan Khidhir ketika menjelaskan ketiga perbuatannya, dimana digunakan tiga ungkapan berbeda,
1. Aku Menghendaki Ketika melubangi perahu, ia berkata, "Dan aku bertujuan merusakkan Perahu itu..". artinya kata ini disandarkan pada Khidhir saja. Karena melubangi perahu adalah perbuatan merusak, tidak baik, dan tidak dapat diterima (secara lahir), karenanya tidak layak disandarkan kepada Allah. Tidak pantas jika dikatakan, "Tuhan mu bertujuan merusakkan perahu itu.", hal serupa bisa ditemukan pada Do'a Nabi Ibrahim, di surat asy-Syu'aroo', surat ke
26, ayat 78-81 (silahkan dilihat artinya); semua hal disandarkan kepada Allah, kecuali kata "sakit", yang disandarkan kepada diri sendiri.
2. Kami Menghendaki Tentang pembunuhan pemuda tersebut dan keinginannya agar diganti dengan anak yang lebih sholih, diungkapkan dengan kalimat, Dan kami menghendaki...", ungkapan ini disandarkan kepada Allah dan Khidhir. Disandarkan kepada Khidhir karena
bisa dibilang beliaulah penyebab terbunuhnya pemuda tersebut. Mengapa ia membunuhnya? karena ia mengingnkan agar diganti oleh anak lain yang lebih sholih. Namaun mampukah beliau mewujudkan keinginan itu? tentu Tidak, karena hanya Allah yang berkuasa mewujudkannya. Dan karenanya perbuatan ini juga disandarkan kepada
Allah, yang nantinya akan menciptakan seorang anak yang lebih sholih, seperti dikehendaki Khidhir.
3. Tuhan mu Menghendaki Ketika menegakkan dinding, Khidhir berkata, "Maka Tuhan mu
menghendaki...", kalimat ini hanya disandarkan kepada Allah semata. Kenapa? karena tentang apa yang akan terjadi kepada kedua anak yatim tersebut ketika dewasa, hanya Allah lah yang mengetahui. Karena masa depan dan umur termasuk hal yang ghoib, hanya
Allah yang mengetahui.
=======
oke, sampai di akhir nih. Apa aja yang bisa kita ambil sebagai pelajaran dari
kisah ini?, Berikut poin-poin nya:
1. Nasihat bagi kita, ketika ditanya "siapakah yang paling mengetahui?", maka jawaban yang pantas adalah "Allah yang paling mengetahui".
2. Anjuran menuntut ilmu, walaupun di tempat jauh. Seperti Musa yang mencari Khidhir hingga ke tempat pertemuan dua lautan untuk mendapat
Ilmu dari nya.
3. Nabi pun pernah lupa, karena mereka manusia biasa. Hanya saja lupanya mereka adalah atas kehendak Allah, bukan dari syaithon, karena syaithon tidak bisa menguasai diri para Nabi. Hal ini berbeda dengan apa yang dikatakan Yusya bin Nun, ketika lupa menceritakan ikannya yang hilang, "..tidak ada yang membuat aku lupa untuk mengingatnya kecuali syaithon..", karena Yusya bin Nun bukan seorang Nabi.
4. Secara lahiriah, kadang sesuatu yang dikehendaki Allah, secara logika manusia, tidak pas. Bahkan kemudian tanpa mau mengkaji lebih lanjut makna nya, akal manusia menolaknya. Padahal sesungguhnya di dalam nya ada hikmah yang tersirat. Selalu berprasangka baiklah kepada Allah. Karenanya Nabi Musa pun berkali-kali meinta maaf atas hal terebut kepada Khidhir.
5. Khidhir menegakkan dinding itu tanpa diminta dan tanpa upah. Ini menunjukkan seorang mu'min harus lah senang berbuat kebaikan, walau tidak diminta ato diberi upah sekalipun, dan mengharapkan balasan hanya dari Allah semata.
=======
Alhamdulillah, itulah salah satu kisah yang penuh pengajaran dalam kitab al- Qur-an. InsyaAllah, dapat membuat kita lebih mengenal dan mencintai al-Qur-an. mudah-mudahan bermanfaat.
InsyaAllah nantinya akan dibahas dan diangkat lagi kisah-kisah lainnya.

Tidak ada komentar: